Rabu, 05 Agustus 2020

Kembali

Saya akhirnya kembali menulis di blog ini setelah sekian lama tidak kembali, tidak ada sesuatu yang spesial, hanya saja belakangan semua terasa begitu hambar. Pernah nggak, kamu merasa semua biasa saja? tidak ada sakit yang tersisa, tidak ada bahagia, pula tidak ada perasaan sama sekali. Senyum yang kamu berikan, hanya senyum palsu yang dapat dipelajari oleh semua orang. 

Tapi mau gimana lagi? dunia nggak akan pernah peduli dengan rasa sakit, apapun yang kita rasakan sebagai manusia, dunia akan tetap berputar seperti biasanya. Jadi ya mau nggak mau, kita harus mengikuti perputaran dunia ini, kembali pada porosnya lah ya. Saya nggak sengaja nulis disini, sebelumnya saya cuma niat buat mengecek beberapa blog yang saya punya, apa iya masih ada yang mau mengunjungi, dan syukurlah masih ada.

Hai, apa kabar? gimana harimu belakangan? apa kamu udah bisa melupakan masa lalu dan kenangan? semoga sudah ya, sebab dia sudah bahagia. Masa iya kamu mau terus-terusan inget tentang dia sih, kan kasihan hati kamu. Nggak apa-apa, kalau kamu merasa ingin menangis, menangis saja, lepaskan semua beban yang tersisa, supaya kedepannya, nggak ada lagi yang bisa kamu sesali. Saya ada kok, saya selalu disini, walau jarang sekali saya hadir, apalagi sampai bertatap muka, tapi saya ada buat kamu.

Dan hei, coba ingat kembali apa yang sudah kamu lewati sejauh ini. Bahagiamu akan segera datang, jadi jangan terus-terusan sedih ya. Kamu juga pantas buat bahagia, setiap orang pantas, termasuk kamu. Kalau sekarang kamu nggak ngerasain apa-apa, semoga kamu bisa segera merasakan hatimu dengan baik, saya nggak rela kamu begini, saya sayang kamu sebagai sahabat...walaupun kita mungkin hanya saling mengenal lewat beberapa tulisan sih hahaha...

Saya pernah mengenalkan diri, iya...di blog ini. Nggak usah kaget, kalau kamu nggak tahu, berarti kamu belum baca tulisan sebelum ini. Saya sendiri nggak nyangka, akhirnya saya kepikiran dan niat buat nulis tentang diri saya sendiri, padahal sebelumnya mah bodo amat. Itu saya lakukan, karena saya sudah menerima, mengerti, dan mulai mencintai diri saya sendiri. Karena bagaimanapun, yang harus saya utamakan ya diri sendiri, cinta ke diri sendiri dulu, baru ke orang lain.

Sudah dulu ya, kita ngobrolnya segitu dulu...nanti kita lanjut kalau kamu punya lebih banyak waktu luang, dan saya memiliki keberanian lagi, buat ngebuka blog ini. Terimakasih sudah hadir, terimakasih sudah membaca, terimakasih sudah jadi diri kamu yang saya kenal sekarang. Sampai jumpa lagi lain waktu, ingat loh...saya ada buat kamu.      

Sabtu, 20 April 2019

You are the best meeting, sweetest farewell


bagaimana kabar kamu sekarang disana ya la, setelah 3 bulan terakhir kita memutuskan untuk tidak lagi bersama. padahal kisah menahun itu sudah terukir begitu lama, seperti mengukir sejarah pada secarik kertas. tapi nyatanya, penghalangnya ada saja. entah kenapa, kamu begitu intens membicarakan tentang keseriusan, padahal selama ini aku selalu serius sama kamu. 


mana pernah aku bercanda, kamu itu manusia yang punya hati, kamu nggak boleh dipermainkan. aku cuma meminta kamu buat sabar, karena saat ini aku belum bisa bikin gurat senyum dibibirmu merekah, sebenarnya hanya itu syarat dariku. tapi dengan syarat itu, kenapa kamu seperti merasa sangat keberatan? sejak dulu, harusnya aku yang keberatan melepasmu jauh ke seberang pulau, tapi toh aku tetap merelakan karena aku yakin kamu akan baik-baik saja, kita akan baik-baik saja, hubungan ini akan baik-baik saja.



ternyata, jarak menjadi hal yang tabu untuk diucapkan dua insan yang sedang dilanda rindu. entah karena ombak rasa sudah membludak dan tak kunjung menemukan tempat berlabuh, atau karena kebosanan menjadi pemicu untuk berkata sudah. ya sudahlah, mau bagaimanapun aku merencanakan skenario bersamamu, merencanakan cerita demi cerita buatmu dimasa depan, tapi bukan aku yang punya kekuatan untuk memutuskan.



sekarang, setelah 3 bulan berlalu. aku masih rindu suaramu ketika malam tiba, ketika kita bicara lewat telepon, ketika kita bercanda tentang hari yang telah kita lewati, tentang keluhan-keluhan seniormu yang mengesalkan, tentang perangai adikmu yang tidak mau disuruh membersihkan rumah itu, aku rindu semua kenangan bersamamu. mungkin melupakan sosokmu memang mudah, tapi melupakan kenangan antara kamu dan aku beda cerita, karena disana ada nafas dan hatiku la, disana ada aku yang menggurat garis waktu denganmu.



kamu ingat? dulu di aceh aku sampai bela-belain beli 3 kartu perdana, yang aku pakai dilain waktu. dari pagi, siang, dan malam, karena aku pingin tau dan ngasih tau kabar. ya, bisa jadi sih kalau dari pandanganmu, kamulah yang berkorban paling banyak dalam hubungan ini, karena kamu "sempat" mau menungguku sampai aku lulus kuliah, dan kuliahku yang sudah 8 tahun ini memang lama, tapi takdir memang seperti itu kan la? kamu nggak tau kapan dia datang, dan kapan kamu harus bersiap menyambut dia datang.



nanti kalau kamu baca tulisan ini (kalau kamu sempat, dan kamu tau aku nulis ini). aku nggak bermaksud macam-macam kok, aku cuma rindu. kamu nggak usah ngerasa bersalah atau apa, kamu nikmati aja kehidupanmu, jalani harimu seperti biasa, dan sambut masa depanmu dengan bahagia, karena kamu pantas buat dapetin yang lebih, aku ini apa la, bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, mana ada yang bisa dibanggakan dariku.

Sabtu, 24 November 2018

Rindumu yang berat

Rindumu berat....

Merintih aku merasakan sakitnya

Sebab di cabik-cabik rindunya

Kau jauh, sangat jauh malah

Jarak yang membuat kita kalah

Pada keadaan, pada ketakutan, pada hitungan hari

Lalu sembari aku memulihkan diri

Rindu kembali menyakiti..  

Rindumu berat....

Mengekang hasrat, katamu rindu itu akibat

Bagiku rindumu itu sebab, sebab aku menderita hebat

Di hantam tiap hari, di pukuli hingga lebam

Dengan tulisan ini, aku ingin sampaikan rindu padamu

Betapa aku sangat ingin pulang, kepadamu rumahku.

Bagaimana saya menjadi seorang blogger.


Mulanya saya hanya menulis karena itu adalah hobi saya. namun, kemudian saya berfikir kenapa hobi saya ini tidak saya jadikan modal untuk mendapatkan sesuatu ( dalam hal ini tentu saja tujuannya adalah uang ).

Karena saya suka dengan musik kpop, kemudian saya berinisiatif untuk membuat blog yang isinya tentu saja membahas semua hal yang berhubungan dengan kpop. 

Saya membuatnya sekitar 6 bulan ysng lalu, dan hasilnya lumayan banyak yang melihat, dalam 6 bulan saja saya bisa mengumpulkan 2000 lebih orang untuk mengunjungi blog saya.

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan ketika anda akan memulai untuk membuat sebuah blog, diantaranya adalah :

- buatlah blog menurut apa yang anda sukai, karena nantinya blog ini akan membuat anda nyaman dengan isi kontennya.

- lihatlah pasar mana yang sedang berkembang tentang tema dari blog yang anda buat, anda bisa melihatnya di trends.google.com.

- pastikan tulisan anda original dan SEO friendly ( bagian ini akan saya jelaskan di lain artikel ).

- rajin-rajinlah upload sebuah konten agar pengguna tidak merasa di tinggalkan oleh anda si pemilik blog.

- cobalah untuk lebih sering berinteraksi dengan pengguna di kolom komentar blog anda.

itulah trik untuk mendapatkan lebih banyak pengguna yang akan melihat blog anda, terimakasih.

Jumat, 16 November 2018

:'(


Beberapa dari kita mungkin berfikir untuk jadi penulis sejak kecil, termasuk saya didalamnya. Tapi, untuk jadi penulis tentunya di butuhkan pengetahuan dasar tentang ejaan yang di sempurnakan. Masalah datang ketika saya harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebab sedari kecil saya sudah biasa menggunakan bahasa yang compar campur.

Semua itu tak terlepas dari lingkungan yang memaksa saya harus menggunakan dua bahasa, satu bahasa ibu dan bahasa Indonesia tentu saja. Kenapa demikian ? Sebab untuk bisa diterima oleh teman sepermainan kala itu, yang bicaranya masih sering menggunakan bahasa daerah ketimbang bahasa Indonesia, saya mesti mengimbangi mereka dengan ikut menggunakan bahasa daerah, walaupun jujur saya tidak terlalu suka menggunakannya, sebab menurut saya bahasa ibu harusnya digunakan ketika bersama dengan keluarga, bukannya ketika bersama teman yang bisa jadi bahasa ibunya berbeda dengan bahasa ibu saya.

Kembali ke masalah menulis, saya sering di kritik karena bahasa tulisan saya, yang kadang sering njelimet dan muter nggak jelas disana sini, tapi toh itu karena saya berusaha mengartikan pemikiran saya sebaik mungkin, terus kenapa perlakuan orang lain, seperti tulisan saya adalah tulisan yang salah ? Saya memang tak paham bagaimana cara menulis puisi yang baik, karena puisi dan cerpen karya saya memang sebebas itu. Saya sering membebaskan otak saya untuk menjelajah dan memerintahkan tangan saya untuk menulis apapun senyaman mungkin.

Mungkin karena itu saya di kritik, mungkin karena kebebasan dan ketidakpahaman saya akan bahasa, saya bisa menerima kritik apapun yang membangun. Tapi jika kritik itu hanya bertujuan untuk membuat saya berhenti menulis, lalu apa yang harus saya lakukan ? Sebab sejak kecil cita-cita saya  ingin menjadi seorang penulis, kalau saya lepaskan tulisan ini, berarti saya melepaskan harapan yang sejak kecil saya bangun, entahlah.

Rabu, 03 Oktober 2018

kota Malang : kota kenangan saya





Malang adalah kota kelahiran kedua orang tua saya. Malang juga tempat keluarga besar saya berdomisili, mulai dari kakek buyut, kakek saya, keluarga lain seperti paman, sepupu, dan keponakan saya sebagian besar ada di Malang. tapi saya baru menginjakkan kaki saya secara tegak tiga tahun lalu di kota ini, aneh memang mengingat saya sendiri bukan asli dari sini, tapi kenapa saya mengaku sebagai orang Malang ?


sebab sejak kecil ayah saya selalu bercerita tentang keindahan kota kelahirannya. saya yang sejak kecil hanya bisa menikmati pemandangan lahan sawit disana sini tentu sangat antusias mendengarkan cerita ayah saya. apalagi pada bagian saat ayah bercerita bahwa di jawa seluruh jalanan itu di aspla dan tidak ada yang namannya rumput di tengah jalan, anak kampung seperti saya yang setiap hari melihat jalanan berkerikil, penuh debu, rumput liar tumbuh tinggi tidak terawat di sekitaran jalan saya, entah jalan menuju ke sekolah atau jalanan menuju ke pasar minggu, tentu saja membuat saya sangat ingin berangkat ke jawa.


seingat saya, saya tidak bisa tidur nyenyak selama satu minggu sebelum keberangkatan kami ke jawa untuk pertama kalinya setelah saya bisa mengingat sesuatu. karena orang tua memang dahulu sudah pernah membawa saya pulang kampung ke Malang, tapi itupun saat umur saya masih sekitar 3-4 tahun, saya masih belum bisa mengingat apapun saat itu. Dan ketika saya sudah kelas 2 sd, orang tua membawa saya pulang kampung. itu masih menjadi momen tak terlupakan sampai hari ini, betapa saya sangat bahagia bisa melihat pulau jawa secara langsung, mungkin bagi beberapa orang, saya memang kampungan sebagai anak kecil, seperti tidak pernah melihat bangunan besar saja, tapi itu memang kenyataan, saya memang tidak pernah melihat gedung-gedung bertingkat, bahkan sampai saya lulus smp.


dan itulah kenapa sampai sekarang saya selalu senang kalau di panggil sebagai orang jawa, karena memori tentang pulau jawa masih menjadi yang terbaik yang bisa saya rasakan. oh iya, waktu itu juga kakek buyut saya masih hidup, menjadi kenangan terakhir saya bersama kakek buyut tersebut, karena beberapa tahun kemudian saat kami sekeluarga dari sumatra pulang kampung lagi, beliau sudah tidak ada. semoga amal dan ibadah beliau di terima di sisi-nya, amin.

entah saya pernah singgah sebentar di padang sidempuan, di medan maimun atau di lhokseumawe aceh utara. tapi malang tetap menjadi tujuan akhir saya saat ini, buktinya setelah saya merantau kesana kemari, saya tetap kembali kepada awal, kepada semua peristiwa bermula. dan untuk saat ini, saya masih menikmati kota ini sebagai tempat yang mengingatkan saya akan masa kecil, entah 2 tahun ke depan apakah saya masih tetap bertahan disini atau saya memutuskan untuk pergi ke tempat yang belum pernah saya kunjungi, biarlah takdir yang menentukan jalan saya.

terimakasih teman-teman sudah mau membaca, salam sahabat, salam literasi.

Nama saya Novian


Dalam tulisan kali ini, ijinkan saya memperkenalkan diri sebagai penulis tunggal di blog ini. Nama saya Novian, kalian bisa memanggil saya dengan soto, dukpal, ciplek, peyot, atau terserah kalian. 


Karena beberapa panggilan tadi saya dapatkan dari teman-teman saya, sejak sd hingga kuliah saat ini, nama panggilan untuk saya selalu berubah. 


Pun dengan kehidupan saya yang selalu mengalami perubahan, mulai dari bocah kampung polos yang hanya paham bahasa Indonesia, hingga seorang pemuda yang paham beberapa bahasa daerah.


Saya mulai menulis untuk blog ini di pertengahan tahun 2014, awalnya saya menulis hanya untuk mencurahkan isi hati saya, istilahnya curhat begitu. Tapi lama kelamaan, saya berpikir lagi. Jika saya menulis ini untuk diri saya, tidak akan ada perubahan yang terjadi.


Semua akan tetap seperti ini, dan oleh sebab itu saya putuskan untuk mengganti konten dari yang sekedar curahan hati belaka, menjadi konten yang sedikit berbobot. Oh iya, mungkin beberapa dari pembaca saya masih asing dengan saya, karena dulu blog yang saya gunakan untuk menulis bukan disini.


Saya mengganti alamat blog beberapa bulan lalu, dengan harapan semoga ke depannya saya bisa mengganti apa yang selama ini hilang dari blog ini, yaitu sebuah tujuan.


Ah....rasanya sudah sejak lama saya ingin memperkenalkan diri kepada kalian. Namun mungkin keberanian itu baru muncul saat ini, saat saya rasa tulisan saya sudah benar-benar matang dan siap untuk di baca banyak orang.


Dan untuk saat ini sampai seterusnya, saya harap kalian terbiasa dengan gaya penulisan saya saat ini. Karena setiap manusia pasti ingin berubah, entah menjadi lebih baik atau sebaliknya. Dan saya memutuskan untuk berubah, ke arah yang lebih baik.


Terimakasih sudah membaca, salam hangat, salam sahabat, salam literasi.

Jumat, 28 September 2018

Waktu


Beberapa saat lalu saya berbicara tentang masa lalu dengan teman saya. Di kedai kopi di kota Malang, malam itu semakin dingin saja. Dia mengeluh tentang masa lalunya, seakan dunia sudah berakhir kala itu. Lalu saya dengan tenang berkata, " sudahlah nikmati saja kopimu sebelum dingin ".


Mungkin karena rasa enggan untuk menjawab, saya menyikapi cerita teman saya dengan seacuh itu. Maksud saya adalah, untuk apa sih masa lalu di ceritakan hari ini, semua sudah terlanjur dan tidak akan berubah. Saya memang semunafik itu, karena saya sendiri masih terjebak di masa lalu.


Malam pun semakin larut, semakin berkabut. Suhu mencapai 16 derajat celcius, obrolan kamipun semakin intim, entah tentang politik, agama, bahkan keluarga. Lalu kami sampai di satu titik, titik itu adalah rasa jenuh.


Saat jenuh melanda, kita manusia kebanyakan mencari pelampiasan untuk alasan menghabiskan waktu. Tanpa kita sadari, waktu akan tetap berjalan walaupun kita tidak memakan penuh porsinya. Begitupun dalam hubungan anak manusia, selalu ada titik jenuh, selalu ada rasa bosan yang melanda dalam kebersamaan yang katanya tidak bisa dipisahkan. 


Teruntuk engkau yang dahulu bersama dengan saya. Saya sudah berusaha sekuat itu melupakanmu, sudah letih otak saya menghapus kenangan tentangmu, sudah bosan saya bicara, bicara tentang kehilanganmu. Saya hanya ingin sendiri hari ini, saya nyaman dengan keadaan ini, saya tumpuk engkau bersama yang lain, di sudut sana, di ujung hati yang saya punya.


Ah.... Bertele-tele sekali penjelasan saya. Intinya saya dan teman saya malam itu merasakan hal yang sama. Enggan untuk mengulang waktu, tetapi masih terjebak bersama waktu.


Terimakasih kawan, salam literasi.

Rabu, 26 September 2018

Sebuah jurnal : kenangan mondok

Ada kenangan yang hilang di telan waktu, kadang bersama mimpi yang kabur setelah bangun tidur, kadang bersama rutinitas di antara lelahmu beraktifitas, kadang bersama memilih melupakan ketimbang di lupakan. Tapi satu hal yang ingin saya tulis disini, sebelum saya lupa padanya, baiknya kenangan itu saya abadikan saja.



Tidak pernah habis sepertinya, jika membahas tentang sekolah masa SMA. Entah kenapa cerita tentang itu masih saja menjadi cerita terbaik dalam hidup saya, pun setelah ada cerita yang jauh lebih besar dari sekedar cerita cinta masa SMA, namun hadirnya lebih lemah dari keadaan itu sendiri.


Sejauh yang saya ingat, saya masuk karena di paksa, dan saya keluar karena terpaksa. Ketika saya lihat sekolah ini, bertuliskan " Pondok pesantren modern Baharuddin " rasanya enggan untuk memikirkan jadi apa saya 3 tahun ke depan. Apakah saya akan sanggup menjalani hidup sebagai seorang santri, atau saya hanya akan menjadi debu yang bertebaran tidak pasti.



Bahkan setelah beberapa bulan saya menjalani kehidupan sebagai seorang santri, saya masih saja mengeluh tentang aturan yang terlalu ketat. Teman-teman saya gugur satu persatu, sahabat yang selalu berjuang bersama tersisihkan oleh waktu. Dan di malam-malam semester pertama saya di sekolah ini, lebih banyak saya habiskan dengan menangis dan meratapi nasib ketimbang belajar dengan baik.


Hanya dorongan orang tua yang membuat saya tetap bertahan. Dengan ketidakadilan ketika teman-teman seangkatan saya semasa SMP memilih untuk masuk ke SMA favorit mereka, saya tetap berusaha berdiri disini sembari menggenggam hati, berharap setelah bangun esok, semua akan kembali menjadi baik.



Masjid agung Baharuddin lah yang jadi penenang saya ketika rasa bosan melanda. Disana saya sering sekedar memandangi keindahan alam atau mengaji untuk menenangkan hati saya yang kata anak jaman sekarang, mereka bilang itu galau. Seolah masalah saya seberat itu, walau jika saat ini saya pikirkan lagi, saya memang tidak pantas terlalu ambil pusing, sebab hidup waktu itu jauh lebih mudah dari hidup hari ini.




Asrama..... Banyak kenangan yang tertinggal disana. Entah itu tawa atau duka. Kehilangan barang pribadi sudah biasa, tapi kehilangan sesuatu berarti di ganti dengan hal lain yang lebih baik. Saya percaya, saat seragam atau kaos kaki saya hilang, TUHAN mengirimkan senyuman berupa sahabat yang menggantikan. Saya bersyukur bisa mengenal beragam manusia di dalamnya, bisa mengenal sifat satu dan lainnya, bisa terjun langsung dalam kehidupan yang sebenarnya. Bahwa yang lemah harus bersatu agar yang kuat tidak mengganggu, kalimat itu saya gunakan untuk menggambarkan kekuatan kami melawan waktu, kebosanan, dan tekanan belajar. 


Ah rasanya masih terlalu sedikit cerita ini di bandingkan 3 tahun yang saya jalani. Masih terlalu sedikit menggambarkan apa yang saya alami, dan terlalu sedikit untuk merepresentasikan kehidupan di dalamnya. Terimakasih semua, salam santri salam literasi.

Selasa, 25 September 2018

Mie kolor, mie paling aneh yang pernah gue coba




Denger namanya aja, pasti kalian pada heran kan. Kok bisa sampai dinamakan mie kolor ? Eits jangan mikir yang aneh-aneh dulu ya guys, mie ini nggak ada bedannya kok sama mie yang lain, ini cuma sebutan buat gue dan temen-temen gue karena rasa gurih dari mie tersebut terlalu enak, yuk kita lanjut di bawah.


Awalnya sih, gue tau warung mie ini dari kakak tingkat yang udah lebih dulu jadi langganan di warung mie bang juki ( anggap aja nama yang punya warung itu, demi menjaga privasi ). Dia bilang kalau mie disini rasanya beda dari kebanyakan mie. Ok gue sebagai food hunter mutusin buat nyoba mie bang juki ini, apa iya sih seenak yang kakak tingkat gue bilang.


Setelah mie yang gue pesen dateng, first impression nggak ada bedanya tuh sama kebanyakan mie. Ini tuh cuma semangkuk mie yang di campur telur plus saus cabe, sama aja kaya di warung mie yang lain, terus apa istimewannya coba. Tapi setelah gue menyeruput kuahnya, baru deh gue sadar kalau kuah mie ini tuh gurih banget, baru ini gue nemuin mie segurih itu.


Saking nggak tahannya lidah gue buat nyoba lagi, istilahnya tuh nagih ya. Gue pun memesan mangkuk kedua gue dengan cepat, tanpa memikirkan kebanyakan makan mie yang di taburi micin bisa membuat otak gue membeku, walaupun itu beneran atau cuma mitos gue nggak tau hehehe. 


Besoknya, gue pun dengan bangga memperkenalkan mie ini ke temen setongkrongan gue. Gue kasih jaminan ke mereka, kalau mereka nggak nambah sampai minimal dua kali, gue bakal bayarin mie yang mereka makan. Walhasil, gue menang dengan mudah. 


Mungkin karena seringnya kita makan mie di warung bang juki, kita jadi punya julukan tersendiri buat mie super ini. Kita sebutlah dia mie kolor, karena waktu itu gue bilang gini " mie ini bisa enak karena pas masak kuahnya di campurin sempak bekas bang juki yang udah lama nggak di cuci, rasa gurihnya datang dari rendaman sempak bercampur kencing yang bau pesing, makannya enak banget ".


Omongan gue emang jahat dah, awalnya gue cuma niat bercanda, beneran dah. Tapi ntah kenapa kok temen-temen gue ngikutin omongan gue ya, mereka juga menyebut mie itu dengan sebutan mie kolor. Mie kolor pun menyebar ke telinga mahasiswa di sekitaran kampus gue, mie kolor pun menjadi primadona, tanpa mereka tahu siapa pencipta kata-kata tersebut.


Untungnya sekarang gue udah nggak disana lagi, jadi gue udah nggak bisa disebut tersangka. Coba kalau gue masih disana, bisa mampus gue digebukin bang juki karena nyebarin berita hoax. Lagian omongan gue dipercaya, percaya tuh sama TUHAN, jangan sama gue.


Hmm..... Itu aja deh cerita kali ini, besok gue update lagi kalau ada cerita seru lainnya, last but not least keep calm and stay cool as always guys, see ya.

Selasa, 18 September 2018

Marching band, itu band asal mana yak?



Cara terbaik untuk melupakan adalah dengan tidak memperhatikan 

- unknown


Bagi gue kata di atas agak nggak ngaruh buat gue, seseorang yang terjebak oleh masa lalu, cerita gue kali ini juga lagi dan lagi membahas tentang masa lalu, check this out.


Ok, selama yang bisa gue ingat. Pikiran gue melayang jauh ke masa 6-7 tahun yang lalu, karena kata orang kan masa SMA adalah masa paling bahagia dalam hidup, gue mengamini itu. Karena apa? Karena terlalu banyak kenangan manis yang nggak akan bisa kelewat pas masih SMA, contohnya adalah kasus pencurian motor, cerita tentsng asrama, piring dapur, kisah kasih di studio radio sekolah, dan masih banyak lagi ( semua cerita bisa lu cari di arsip blog gue ).


Yang kali ini akan gue ungkap adalah tentang marching band. Jadi dulu itu, kalau lu mau jadi anak populer, lu cuma harus gabung sama marching band sekolah, as simple as that. Lu nggak perlu otak cerdas, nggak perlu hafal banyak rumus, nggak perlu joget dua jari ala tiktok, atau bahkan lu nggak perlu menginfluence banyak orang dengan youtube, yang perlu lu lakuin cuma gabung marching band selama sebulan, dan wuuussh.... Lu adalah hypebeast di sekolah gue.


Sore itu, no life semacam gue cuma bisa memandang dari lantai 6 asrama waktu temen-temen populer gue latihan marching band, jujur aja gue keganggu sama suara berisik alat musik mereka, tapi ya kapan lagi bisa liat santriyah dari jarak sedekat itu? Gue nggak naif, gue suka liat mereka latihan cuma karena ada cewek yang gue suka juga lagi latihan awkawkawk..... Cringe bukan ?


Kadang kalau lagi deket sama event, mereka intens banget kan pas latihan. Bisa dari pagi sampai sore, kesempatan bagus buat lihat cewek itu selama mungkin. Simpan kenangan tentang dia dalan hati, manatau suatu saat di perlukan ( yah walaupun kadang waktu jugalah yang menghapus kenangan tentang dia karena dianya sendiri udah nggak seperti dulu 😂). Kebetulan si pelatih tuh datang dari kota besar, dan otomatis sebagai murid, temen-temen populer gue ngikutin gaya mereka, yang hari ini gue sadar kalau gaya mereka dulu tuh nggak ada keren-kerennya sama sekali, tapi di jaman itu, mereka semua kelihatan keren di mata gue ( biasalah, anak abg yang sedang mencari jati diri).


Di akhir hari, selalu ada momen yang akan engkau ingat sampai hari ini. Dan momen terbaik selama marching band adalah, ketika temen gua nyatain perasaannya ke cewek yang dia suka pas ceweknya lagi latihan marching band ( emang bukan gue yang ngerasain, tapi keren aja karena temen gue ini terkenal sebagai pribadi yang berani, sebuah sifat yang nggak gue miliki sampai hari ini ). 


Biarkan saja mengalir seperti air, toh ujungnya adalah laut, entah ia dari hulu, danau, waduk, lembah, bahkan sungai sekalipun, semua akan menjadi satu di luasnya samudra. Gue cuma bercerita, mungkin cerita gue ada salahnya karena ada beberapa ingatan yang kabur, atau emang kejadiannya nggak begitu, gue minta maaf.


Ok guys, makasih yang udah nyempetin baca, keep calm and stay cool as always.

Selasa, 11 September 2018

The end was here.



Sebenarnya banyak kata yang aku ingin ucapkan kepadamu ketika bertemu. Begitu banyak rindu yang kusimpan untukmu, begitu banyak cinta yang kuharap engkau tahu. Tapi bibir terlalu takut untuk bicara, terkunci rapat dan enggan untuk terbuka.


Kisah antara kau denganku belum usai, kita masih bersama merajut tawa. Nyatannya itu semua yang aku bayangkan kemarin, tapi hari ini kenyataan sangat berbeda. Yah, dunia memang kadang tidak adil, aku belajar untuk bertahan. Tapi kadang bertahan pun aku rapuh, karena beban yang terlalu jauh. Semua biar kusimpan jadi cerita, cerita untuk jadi pelajaran di masa depan, bahwa kau pernah kumimpikan, tapi aku lalu kau tinggalkan.


Ok, mungkin cerita kemarin kau anggap angin lalu. Tidak begitu denganku, ingatanku terlalu tajam untuk melupakanmu. Dan melupakan adalah hal terberat buatku, sebab melupakan berarti menghapus seseorang dari ingatan, dan itu berarti menghapus seluruh dirimu dari hidupku. 


Aku masih tak rela kau pergi, aku masih berharap kau kembali. Tapi jika memang ini jalan yang kau pilih, aku tidak bisa berkata tidak, sebab bahagiamu adalah bahagiaku juga, biarlah kau ku lepas hari ini, supaya besok engkau bisa terbang bebas sendiri. Maaf kalau aku pernah menebar luka kemarin, semoga kau bahagia esok hari.


Dan akhirnya kita hanya tinggal saya, sebab saya yang masih menggenggam kita, Kamu tidak.



Minggu, 19 Agustus 2018

Cerita paling nggak jelas versi gua

Ketika cinta itu datang seperti angin malam yang tak dapat kau hindari, karena kau adalah bagian dari hari, sedangkan tubuhmu menggigil, dingin seluruh hatimu merasa sepi, dan diantara angin yang menerpa, kau sadar bahwa hidup hanya sementara. Ini adalah cerita tentang perubahan emosi, yang nanti mungkin sedikit ambigu, karena aku bercerita dari dua sisi.



Mental gue rusak mungkin, gue sering marah-marah nggak jelas, di beberapa detik kemudian ketawa bahagia. Hal ini udah gue rasain semenjak gue mengenal yang namanya manusia, berarti udah lama banget. Padahal gue tinggal di lingkungan yang amat sangat normal, nggak ada intrik ataupun masalah yang amat berat yang harus gue rasakan, tapi ntah kenapa otak gue kaya menghindar tiap punya masalah. Gue lebih memilih bertahan di zona nyaman ketimbang harus berjalan di antara duri tajamnya kehidupan. 


Tapi, bersamaan dengan sifat menghindari masalah tadi, diri gue yang lain kaya berontak guys, dia kaya ngomong gini ke gue " apa sih lu, belum di coba kok udah nyerah? ". Gue bingung dong harus nurutin diri gue yang mana, yang nyuruh gue buat nyerah, atau diri gue yang nyuruh buat tetap mencoba? Dilema ini berkali-kali gue rasain, sampai gue sendiri capek, capek buat mutusin ikut yang mana.


Dia berbisik saat malam tiba : 



Ada suatu saat gue lagi asik mager di kamar, dan tiba-tiba kaya ada yang ngebisikkin gue ngajak nonton film, katanya dia bosan kalau cuma mager doang, carilah sesuatu yang bisa dikerjain, carilah hal yang bisa bikin pengetahuan gue bertambah, carilah hal yang gue belum tau, carilah dia. Biasanya diri gue ini datang waktu gue kesepian, dan gue lebih sering kesepian waktu malam datang, jadi gue bikinlah sub dia berbisik waktu malam, karena emang dia datang cuma waktu gue kesepian, kata lainnya waktu gue lagi unmood.


Ada nggak sih diantara kalian yang ngerasain hal yang sama kaya gue? kalau ada, apa hal yang kalian lakuin buat bikin diri lu tenang? Gue butuh saran nih dari kalian kalau ada yang pernah ngalamin hak yang gue alamin sekarang. Gue takut aja akhirnya gue nggak kenal lagi sama diri gue sendiri karena karakter gue berubah-ubah tanpa gue sadari. Siapa coba yang mau di dalam tubuhnya ada dua orang, man orangnya beda banget lagi sifatnya.


Kalau ada yang samaan, kirim lah chatnke gue, atau lambaikan tangan ke kamera juga boleh wkwk biar gue tau kalau gue nggak sendirian lagi guys, ok lah ya keep calm and stay cool as always.