Sabtu, 20 April 2019

You are the best meeting, sweetest farewell


bagaimana kabar kamu sekarang disana ya la, setelah 3 bulan terakhir kita memutuskan untuk tidak lagi bersama. padahal kisah menahun itu sudah terukir begitu lama, seperti mengukir sejarah pada secarik kertas. tapi nyatanya, penghalangnya ada saja. entah kenapa, kamu begitu intens membicarakan tentang keseriusan, padahal selama ini aku selalu serius sama kamu. 


mana pernah aku bercanda, kamu itu manusia yang punya hati, kamu nggak boleh dipermainkan. aku cuma meminta kamu buat sabar, karena saat ini aku belum bisa bikin gurat senyum dibibirmu merekah, sebenarnya hanya itu syarat dariku. tapi dengan syarat itu, kenapa kamu seperti merasa sangat keberatan? sejak dulu, harusnya aku yang keberatan melepasmu jauh ke seberang pulau, tapi toh aku tetap merelakan karena aku yakin kamu akan baik-baik saja, kita akan baik-baik saja, hubungan ini akan baik-baik saja.



ternyata, jarak menjadi hal yang tabu untuk diucapkan dua insan yang sedang dilanda rindu. entah karena ombak rasa sudah membludak dan tak kunjung menemukan tempat berlabuh, atau karena kebosanan menjadi pemicu untuk berkata sudah. ya sudahlah, mau bagaimanapun aku merencanakan skenario bersamamu, merencanakan cerita demi cerita buatmu dimasa depan, tapi bukan aku yang punya kekuatan untuk memutuskan.



sekarang, setelah 3 bulan berlalu. aku masih rindu suaramu ketika malam tiba, ketika kita bicara lewat telepon, ketika kita bercanda tentang hari yang telah kita lewati, tentang keluhan-keluhan seniormu yang mengesalkan, tentang perangai adikmu yang tidak mau disuruh membersihkan rumah itu, aku rindu semua kenangan bersamamu. mungkin melupakan sosokmu memang mudah, tapi melupakan kenangan antara kamu dan aku beda cerita, karena disana ada nafas dan hatiku la, disana ada aku yang menggurat garis waktu denganmu.



kamu ingat? dulu di aceh aku sampai bela-belain beli 3 kartu perdana, yang aku pakai dilain waktu. dari pagi, siang, dan malam, karena aku pingin tau dan ngasih tau kabar. ya, bisa jadi sih kalau dari pandanganmu, kamulah yang berkorban paling banyak dalam hubungan ini, karena kamu "sempat" mau menungguku sampai aku lulus kuliah, dan kuliahku yang sudah 8 tahun ini memang lama, tapi takdir memang seperti itu kan la? kamu nggak tau kapan dia datang, dan kapan kamu harus bersiap menyambut dia datang.



nanti kalau kamu baca tulisan ini (kalau kamu sempat, dan kamu tau aku nulis ini). aku nggak bermaksud macam-macam kok, aku cuma rindu. kamu nggak usah ngerasa bersalah atau apa, kamu nikmati aja kehidupanmu, jalani harimu seperti biasa, dan sambut masa depanmu dengan bahagia, karena kamu pantas buat dapetin yang lebih, aku ini apa la, bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, mana ada yang bisa dibanggakan dariku.